Sabtu, 20 Agustus 2011

Jangan Menduakan Tuhan

JANGAN MENDUAKAN TUHAN

1 Korintus 10 : 14 – 22

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Ada Dua orang pendosa mengunjungi hamba Tuhan yang bijak dan meminta nasehatNya. "Kami telah melakukan suatu dosa," kata mereka dan suara hati kami terganggu. "Apa yang harus kami lakukan ?"
"Katakanlah kepadaku, perbuatan-perbuatan salah mana yang telah kamu lakukan, Anakku," kata hamba Tuhan tsb.
Pria pertama mengatakan ,"Saya melakukan suatu dosa yang berat dan mematikan." Pria kedua berkata,"Saya telah melakukan beberapa dosa ringan, yang tidak perlu dicemaskan." "Baik," kata hamba Tuhan tsb, "Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa yang telah kamu lakukan !".

Pria pertama kembali dengan memikul sebuah batu yang amat besar. Pria kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil.
"Sekarang," kata hamba Tuhan tsb, "Pergilah dan kembalikan semua batu itu tepat dimana kamu telah menemukannya!". Pria pertama mengangkat batu besar itu dan memikulnya kembali ke tempat dimana ia telah mengambilnya. Pria kedua tidak dapat mengingat lagi tempat dari setengah jumlah batu yang telah diambilnya, maka ia menyerah saja dan membiarkan batu-batu itu berada didalam tasnya. Katanya, "Itu pekerjaan yang sulit."

"Dosa itu seperti batu-batu itu,' kata hamba Tuhan bijak tsb, "Jika seseorang melakukan suatu dosa berat, hal itu seperti sebuah batu besar dalam suara hatinya, tetapi dengan penyesalan yang sejati, memohon ampun dan mengakui Nama Tuhan, maka kesalahannya diampuni seluruhnya oleh Tuhan. Tetapi pria yang terus menerus melakukan dosa-dosa ringan dan ia tahu itu salah, namun semakin membekukan suara hatinya dan ia tidak menyesali sedikitpun, maka ia tetap sebagai seorang pendosa. Ia sulit membuang batu-batu itu kembali ke tempatnya dan terus menerus membawanya seumur hidup.

Bapak-bapak yang Tuhan Yesus kasihi,

Manusia seringkali memandang bahwa ada dua jenis dosa, yakni pertama dosa-dosa kecil, ringan, dianggap sepele saja sehingga Allah tidak akan memperhitungkannya sebagai suatu pelanggaran yang berarti terhadap kehendak Allah. Kedua, dosa-dosa yang lebih besar dan mematikan, yang pasti akan menerima konsekuensi yang juga tidak kalah beratnya. Pemahaman yang demikian, juga timbul di tengah kehidupan jemaat Korintus.

Umat Kristen di Korintus tumbuh dan berkembang di tengah pluralitas masyarakat Korintus, baik dalam bidang social, ekonomi, budaya maupun agama. Dalam bidang agama, selain diperhadapkan pada pola keberagamaan Yunani dan Romawi yang bernuansa politheisme (menyembah banyak dewa), jemaat Korintus juga berjumpa dengan agama-agama yang berasal dari kawasan timur, antara lain dari Mesir. Salah satu bentuk peribadahan agama Yunani, adalah penyembahan terhadap Dewi Aphrodite (Latin: Venus), ialah Dewi cinta birahi. Dahulu penyembahan terhadap Aphrodite dilakukan melalui persundalan suci, yakni melakukan hubungan seks dengan para pelacur-pelacur bakti di kuil-kuil Dewi Aphrodite.

Memang dalam perkembangan selanjutnya, pola peribadatan demikian dilarang oleh pemerintahan Roma karena tidak sesuai dengan tradisi Romawi. Akan tetapi, suasana dan mentalitas lama itu masih mewarnai kehidupan masyarakat di kota Korintus. Pelacuran dan perzinahan dianggap sebagai hal yang biasa oleh sebagian masyarakat. Sementara, sebagian yang lain beranggapan bahwa pelacuran dan perzinahan serta pembunuhan adalah dosa-dosa yang serius yang harus ditanggalkan, tetapi di sisi lain menganggap sepele saja dosa karena penyembahan berhala.

Oleh sebab itulah, Rasul Paulus dalam ayat 14 berkata kepada jemaat di Korintus: ”.....jauhilah penyembahan berhala!....” Tidak ada dosa yang dikatakan dosa ringan atau dosa kecil dan dosa berat atau berat; dosa serius dan tidak serius. Yang namanya penyangkalan terhadap kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus, adalah dosa. Bukan soal berat atau ringan; kecil atau besar. Dosa adalah dosa dan pasti berakhir dengan kebinasaan. Rasul Paulus berkata dalam Roma 6 : 23, ”Sebab upah dosa ialah maut; Jelas bahwa konsekuensi dari dosa adalah hukuman yang mengakibatkan penderitaan dan kebinasaan. Namun ternyata tidak sampai di situ. Paulus melanjutkan dengan berkata...tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Artinya, bahwa kehidupan orang percaya tidak berakhir dengan kebinasaan, sebab karunia Allah telah dinyatakan dalam Yesus Kristus. Karunia Allah itu menganugerahkan pengampunan dan keselamatan, baik kehidupan di dunia yang fana ini maupun kehidupan kekal bersama Allah di masa depan. Selama kita menjalin persekutuan yang erat dengan Kristus kita hidup dalam lingkaran kasih karunia Allah, bukan dalam lingkaran setan yang menyesatkan dan menyengsarakan.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,

Kasih karunia Allah yang menyelamatkan telah digenapi melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Melalui kematian Kristus manusia mengalami rekonsiliasi dengan Allah. Persekutuan yang semula telah retak karena dosa, kembali mengalami pendamaian dan pemulihan dalam Kristus. Persekutuan umat Allah adalah persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus, yakni dalam kematian-Nya. Segenap umat Allah, yang telah memasuki persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus, adalah satu tubuh.

Paulus mengatakan hal ini oleh karena di dalam jemaat Korintus saat itu terjadi polarisasi/pengkotak-kotakan/gap-gap, yang berpotensi menimbulkan perpecahan di dalam jemaat. Kelompok-kelompok tersebut, antara lain kelompok Paulus, Kefas, Apolos, dan Kristus. Mereka mengklaim diri sebagai yang lebih baik dan benar daripada yang lain. Padahal, setiap golongan yang hadir di dalam jemaat Korintus sama-sama telah menerima kasih karunia Allah dalam Kristus. Roti yang diterima adalah satu, yaitu tubuh Kristus yang terpecah-pecah bagi pengampunan dosa jemaat. Sebab itu, mereka adalah satu tubuh, yakni Tubuh Kristus.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan,

Sebagai satu tubuh di dalam Kristus, jemaat Tuhan tentunya harus memiliki pemahaman yang sama bahwa Allah tidak berkenan pada penyembahan berhala. Sebagaimana, Allah tidak berkenan kepada tindakan bangsa Israel yang menyembah berhala, Allah pun tidak menginginkan jemaat bersekutu dengan roh-roh jahat. Jemaat telah menjadi umat kepunyaan Allah, yang dipilih, dikuduskan dan diutus untuk menyatakan kemenangan Allah melalui kebangkitan Kristus (bdk. 1 Petrus 2:9). Jemaat adalah umat yang dikasihi dan dicintai Allah untuk menyatakan kasih dan cinta-Nya kepada dunia. Apabila umatnya mengkhianati cinta dan kasih setia Allah dan melakukan perselingkuhan dengan berhala dan roh-roh jahat, maka ia akan menyatakan murkanya sebab ia adalah Allah yang cemburu dan tidak ingin diduakan. Yesus berkata dalam Matius 6 : 24 “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan akan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak akan mengindahkan yang lain….” Allah tidak ingin diduakan.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan,

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era modernisasi dan globalisasi dewasa ini, bentuk-bentuk penyembahan berhala pun semakin canggih dan menarik. Jika pada zaman dahulu penyembahan berhala dan kepercayaan roh-roh jahat itu erat dengan warna hitam, maka sekarang bukan hanya warna hitam, melainkan merah, kuning, hijau, biru, dan berbagai perpaduan warna lainnya. Semakin menimbulkan daya tarik dan menjanjikan kenikmatan.

Pada awalnya penyembahan berhala muncul dalam hati dan pikiran, lalu kemudian diekspresikan lewat tutur kata dan perilaku hidup. Dalam tatanan kehidupan tradisional penyembahan berhala terjadi dalam bentuk kepercayaan kepada arwah orang mati, perdukunan, jimat, kepercayaan terhadap batu-batu keramat, tempat-tempat keramat. Sementara dalam kehidupan modern terwujud dalam bentuk kepercayaan terhadap ramalan-ramalan bintang, paranormal, dsb.

Selain itu, ada bentuk keberhalaan yang lain, yakni bersifat ideologis. Penyembahan berhala tersebut terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang memandang kekuasaan, kekayaan dan harta sebagai hal yang terpennting dan terutama dalam kehidupan ini. Memiliki kekuasaan, kekayaan dan harta berarti segala kendala dapat teratasi, bebas hambatan, bagaian mengendarai kendaraan di jalan tol. Tuhan dinomorduakan. Bahkan, mungkin tidak dibutuhkan lagi.

Ilmu pengetahuan pun bisa menjadi berhala dalam kehidupan ini. Dahulu manusia bertanya, mengapa hujan turun? Jawabannya karena ada dewa hujan, mengapa terjadi guntur? O…karena ada dewa guntur. Akan tetapi, setelah ilmu pengetahuan mampu memberikan jawaban terhadap semuanya itu, maka posisi yang ilahi tergantikan. (Ini hanyalah salah satu contoh sederhana, yang masih dapat dikembangkan lagi)

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Tuhan akan marka apabila kita menduakan-Nya. Kemarahan Tuhan dapat menimpa pribadi dan masyarakat. Oleh sebab itu, marilah kita memberdayakan seluruh berkat dan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita, baik kekuasaan, kekayaan, maupun pengetahuan sesuai dengan kehendak Allah. Yakni tidak menomorduakan Dia. Dengan demikian, berkat Tuhan akan semakin berlimpah-limpah dalam kehidupan kita. AMIN.

Tidak ada komentar: