Sabtu, 20 Agustus 2011

ILUSTRASI SALIB

ILUSTRASI SALIB

Ada 3 orang; A, B ,dan C diberi tugas oleh Tuhan untuk memikul salib yang sama besar dan sangat berat menuju puncak sebuah bukit. Di sana Tuhan berjanji akan menjemput mereka ke Surga.

Di tengah jalan ketiga orang itu melihat sebuah gergaji, si B mulai berpikir dan menghasut kedua temannya untuk memotong salib mereka supaya salib itu menjadi ringan. Namun kedua temannya tidak menuruti usul si B karena mereka taat dan mengasihi Tuhan. Kasih mereka kepada Tuhan membuat mereka mau dan rela memikul tanggung jawab yang Tuhan sudah berikan tanpa keluhan. Singkat cerita si B memotong salibnya, sehingga dengan mudah ia mendahului kedua temannya.

Sampai di puncak bukit, si B melihat sebuah jurang yang teramat lebar memisahkan puncak bukit itu dengan gerbang Surga. Di seberang jurang terlihat malaikat Tuhan yang sudah menanti kedatangan mereka. Dengan bersemangat si B menanyakan jalan mana yang bisa dipakainya untuk sampai ke gerbang Surga, tapi malaikat Tuhan itu menjawab, "Tuhan sudah sediakan jalan itu". Si B sangat bingung karena dia sama sekali tidak melihat jalan yang dimaksud sang malaikat Tuhan.

Beberapa saat kemudian, si A dan C tiba di puncak bukit tersebut. Seperti halnya si B, mereka bertanya tentang jalan ke seberang pada malaikat Tuhan, mereka mendapatkan jawaban yang sama, "Tuhan sudah menyediakan jalan itu". Kemudian Roh Kudus bukakan pikiran mereka berdua dan mereka mengerti sesuatu, ukuran salib yang berat dan besar itu sudah Tuhan buat tepat sama dengan jarak antara puncak bukit dan gerbang Surga, itulah jalan yang Tuhan sudah sediakan. Mereka segera sadar akan hal itu dan bergegas meletakkan salib mereka dan mulai menyeberang. Si B kebingungan karena salib yang Tuhan beri untuk dia sudah dia potong hingga tidak bisa berfungsi sebagai jembatan. Namun dipikirnya dia dapat meminjam salib A atau C untuk menyeberang. Tapi sungguh kasihan, begitu A dan C selesai menyeberang dengan salib mereka, salib itu tiba-tiba menghilang, itu berarti si B tidak dapat menyeberang ke pintu Surga.....

Lewat ilustrasi ini, ditunjukkan bahwa seringkali kita menganggap Tuhan begitu kejam mengijinkan "salib" itu ada dalam hidup kita, kita juga sering mengeluh karena sepertinya pemrosesan [yang pahit] itu tidak kunjung selesai. Akibatnya kita terlalu sering mencari jalan keluar sendiri dan tidak mau taat pada Tuhan, sehingga memotong salib yang seharusnya kita pikul. Namun, justru "salib" itulah yang akan menolong kita mengerti akan kasih Tuhan pada kita. Ia ijinkan kita mengalami pemrosesan yang sulit supaya kita menjadi semakin sempurna.

"..karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."( Ibrani 12:6). "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (Ibrani 12:10,11)

Air Mendidih

Air Mendidih



Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.

Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

Wanita Kristen dan Seorang Atheis

Wanita Kristen dan Seorang Atheis



Ada seorang wanita Kristen yang tinggal di sebelah rumah seorang yang atheis. Setiap hari, ketika wanita itu berdoa, pria atheis itu selalu mendengarnya. Ia berpikir, "Wanita itu gila, berdoa setiap saat... Apakah dia tahu kalau Tuhan itu tidak ada?"

Setiap kali wanita itu berdoa, pria itu langsung bergegas ke rumah wanita itu dan melecehkan keyakinan wanita itu, dan berkata. "Hei, Nona!! Mengapa kau berdoa setiap waktu? Sadarkah kamu bahwa Tuhan itu tidak ada?" Tetapi wanita itu terus melanjutkan doanya.

Suatu hari, wanita itu kehabisan bahan makanan. Seperti biasanya, ia berdoa kepada Tuhan menjelaskan keadaannya dan berterima kasih kepada Tuhan atas apa yang akan Tuhan lakukan. Dan seperti biasanya juga, atheis itu mendengar doa wanita itu dan lagi-lagi ia jengkel, "Ummm, Awas dia nanti!!!!"

Maka pria itu pergi ke pasar membeli bermacam-macam bahan makanan dan membawanya ke rumah wanita itu, meninggalkannya di depan pintu, kemudian membunyikan bel, lalu bersembunyi di belakang semak-semak untuk melihat apa yang akan wanita itu lakukan.

Ketika wanita itu membuka pintunya dan melihat bahan makanan tersebut, ia mulai berdoa dan memuji Tuhan dengan segenap hati, melompat-lompat kegirangan, bernyanyi, dan berteriak-teriak ke sekeliling rumah.

Atheis tersebut keluar dari semak-semak dan berkata kepadanya, "Hei, wanita gila, Tuhan tidak membelikanmu bahan makanan itu, akulah yang membelikannya untukmu!"

Tetapi, wanita itu malah berlari-lari ke jalan, berteriak dan memuji Tuhan. Ketika pria itu berhasil menangkapnya, ia bertanya apa yang wanita itu lakukan. Ia berkata, "Aku tahu bahwa Tuhan tidak akan menjatuhkan bahan makanan ini dari langit, tapi aku tidak pernah mengira kalau Tuhan membuat seorang atheis untuk membayar bahan makanan ini..."

Tuhan Baik Bagi Kita

Tuhan Baik Bagi Kita

Yeremia 29:11; Roma 8:28

Dua orang laki-laki mengadakan perjalanan jauh. Yang satu adalah orang saleh, tetapi yang lainnya adalah orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Di dalam perjalanan tersebut, mereka membawa barang-barang berharga untuk dijual beserta seekor kuda, ayam jantan dan sebuah obor. Sepanjang perjalanan, kedua orang tersebut berdiskusi tentang Tuhan. “Tuhan itu sangat baik, Dia selalu merancangkan yang baik bagi kita,” kata orang yang saleh. “Aku tidak yakin dengan apa yang engkau katakana, dan kita akan melihat apakah Tuhan memang baik selama kita melakukan perjalanan ini,” jawab orang yang tidak percaya Tuhan.

Menjelang sore, tibalah kedua orang tersebut di sebuah desa dan mereka berharap ada orang yang mau menerima kedatangan mereka. Kedua orang tersebut sudah hampir mendatangi semua rumah di desa itu, tetapi tidak seorang pun yang bersedia menerima mereka. Terpaksa, kedua orang itu pergi ke hutan yang tidak jauh dari desa itu. “Kau bilang Tuhan itu baik,” kata orang yang tidak percaya Tuhan. ”Ya, pasti menurut Tuhan, bermalam di hutan ini merupakan yang terbaik bagi kita.” Setelah menambatkan kuda, mereka pun memasang tenda. Tidak lama berselang, terdengarlah suara binatang buas di tempat di mana mereka menambatkan kuda, dan ternyata seekor singa menerkam kuda mereka. Kedua orang itu pun cepat-cepat menyelamatkan diri dengan memanjat pohon besar di sekitar mereka. “Masih beranikah kau mengatakan bahwa Tuhan itu baik?” kata orang yang tidak percaya Tuhan. “Tahukah kau, kalau singa itu tidak menerkam kuda, maka ia pasti menerkam kita. Tuhan memang baik.” Mereka masih berada diatas pohon ketika hembusan angin yang cukup kencang memadamkan obor mereka, sedangkan obor itu merupakan satu-satunya penghangat yang mereka miliki di tengah cuaca yang begitu dingin. “kelihatannya kebaikan Tuhan begitu nyata sepanjang malam ini,” kata orang yang tidak percaya Tuhan dengan nada sinis. Keesokkan harinya, kedua orang itu kembali masuk desa untuk mencari makanan. Melihat keadaan desa yang porak-poranda, mengertilah mereka bahwa tadi malam desa tersebut telah dijarah oleh sekelompok perampok. “Telah terbukti bahwa Tuhan memang baik. Jika saja tadi malam kita menginap di desa ini, maka barang-barang kita yang berharga pasti ikut di rampok dan kalau saja angin tidak memadamkan obor kita, maka para perampok itu pasti bisa melihat barang-barang kita denga jelas karena kita memasang tenda tidak jauh dari jalan menuju desa ini.”

Orang yang percaya Tuhan akan belajar melihat kebaikan Tuhan melalui kejadian-kejadian yang Tuhan izinkan terjadi. Jangan pernah menilai Tuhan hanya melalui sepotong kejadian, tetapi percayalah bahwa Dia selalu bekerja untuk kebaikan kita melalui banyak perkara.

Keindahan karya seseorang akan kelihatan setelah karya itu selesai.

Jangan Menduakan Tuhan

JANGAN MENDUAKAN TUHAN

1 Korintus 10 : 14 – 22

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Ada Dua orang pendosa mengunjungi hamba Tuhan yang bijak dan meminta nasehatNya. "Kami telah melakukan suatu dosa," kata mereka dan suara hati kami terganggu. "Apa yang harus kami lakukan ?"
"Katakanlah kepadaku, perbuatan-perbuatan salah mana yang telah kamu lakukan, Anakku," kata hamba Tuhan tsb.
Pria pertama mengatakan ,"Saya melakukan suatu dosa yang berat dan mematikan." Pria kedua berkata,"Saya telah melakukan beberapa dosa ringan, yang tidak perlu dicemaskan." "Baik," kata hamba Tuhan tsb, "Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa yang telah kamu lakukan !".

Pria pertama kembali dengan memikul sebuah batu yang amat besar. Pria kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil.
"Sekarang," kata hamba Tuhan tsb, "Pergilah dan kembalikan semua batu itu tepat dimana kamu telah menemukannya!". Pria pertama mengangkat batu besar itu dan memikulnya kembali ke tempat dimana ia telah mengambilnya. Pria kedua tidak dapat mengingat lagi tempat dari setengah jumlah batu yang telah diambilnya, maka ia menyerah saja dan membiarkan batu-batu itu berada didalam tasnya. Katanya, "Itu pekerjaan yang sulit."

"Dosa itu seperti batu-batu itu,' kata hamba Tuhan bijak tsb, "Jika seseorang melakukan suatu dosa berat, hal itu seperti sebuah batu besar dalam suara hatinya, tetapi dengan penyesalan yang sejati, memohon ampun dan mengakui Nama Tuhan, maka kesalahannya diampuni seluruhnya oleh Tuhan. Tetapi pria yang terus menerus melakukan dosa-dosa ringan dan ia tahu itu salah, namun semakin membekukan suara hatinya dan ia tidak menyesali sedikitpun, maka ia tetap sebagai seorang pendosa. Ia sulit membuang batu-batu itu kembali ke tempatnya dan terus menerus membawanya seumur hidup.

Bapak-bapak yang Tuhan Yesus kasihi,

Manusia seringkali memandang bahwa ada dua jenis dosa, yakni pertama dosa-dosa kecil, ringan, dianggap sepele saja sehingga Allah tidak akan memperhitungkannya sebagai suatu pelanggaran yang berarti terhadap kehendak Allah. Kedua, dosa-dosa yang lebih besar dan mematikan, yang pasti akan menerima konsekuensi yang juga tidak kalah beratnya. Pemahaman yang demikian, juga timbul di tengah kehidupan jemaat Korintus.

Umat Kristen di Korintus tumbuh dan berkembang di tengah pluralitas masyarakat Korintus, baik dalam bidang social, ekonomi, budaya maupun agama. Dalam bidang agama, selain diperhadapkan pada pola keberagamaan Yunani dan Romawi yang bernuansa politheisme (menyembah banyak dewa), jemaat Korintus juga berjumpa dengan agama-agama yang berasal dari kawasan timur, antara lain dari Mesir. Salah satu bentuk peribadahan agama Yunani, adalah penyembahan terhadap Dewi Aphrodite (Latin: Venus), ialah Dewi cinta birahi. Dahulu penyembahan terhadap Aphrodite dilakukan melalui persundalan suci, yakni melakukan hubungan seks dengan para pelacur-pelacur bakti di kuil-kuil Dewi Aphrodite.

Memang dalam perkembangan selanjutnya, pola peribadatan demikian dilarang oleh pemerintahan Roma karena tidak sesuai dengan tradisi Romawi. Akan tetapi, suasana dan mentalitas lama itu masih mewarnai kehidupan masyarakat di kota Korintus. Pelacuran dan perzinahan dianggap sebagai hal yang biasa oleh sebagian masyarakat. Sementara, sebagian yang lain beranggapan bahwa pelacuran dan perzinahan serta pembunuhan adalah dosa-dosa yang serius yang harus ditanggalkan, tetapi di sisi lain menganggap sepele saja dosa karena penyembahan berhala.

Oleh sebab itulah, Rasul Paulus dalam ayat 14 berkata kepada jemaat di Korintus: ”.....jauhilah penyembahan berhala!....” Tidak ada dosa yang dikatakan dosa ringan atau dosa kecil dan dosa berat atau berat; dosa serius dan tidak serius. Yang namanya penyangkalan terhadap kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus, adalah dosa. Bukan soal berat atau ringan; kecil atau besar. Dosa adalah dosa dan pasti berakhir dengan kebinasaan. Rasul Paulus berkata dalam Roma 6 : 23, ”Sebab upah dosa ialah maut; Jelas bahwa konsekuensi dari dosa adalah hukuman yang mengakibatkan penderitaan dan kebinasaan. Namun ternyata tidak sampai di situ. Paulus melanjutkan dengan berkata...tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Artinya, bahwa kehidupan orang percaya tidak berakhir dengan kebinasaan, sebab karunia Allah telah dinyatakan dalam Yesus Kristus. Karunia Allah itu menganugerahkan pengampunan dan keselamatan, baik kehidupan di dunia yang fana ini maupun kehidupan kekal bersama Allah di masa depan. Selama kita menjalin persekutuan yang erat dengan Kristus kita hidup dalam lingkaran kasih karunia Allah, bukan dalam lingkaran setan yang menyesatkan dan menyengsarakan.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,

Kasih karunia Allah yang menyelamatkan telah digenapi melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Melalui kematian Kristus manusia mengalami rekonsiliasi dengan Allah. Persekutuan yang semula telah retak karena dosa, kembali mengalami pendamaian dan pemulihan dalam Kristus. Persekutuan umat Allah adalah persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus, yakni dalam kematian-Nya. Segenap umat Allah, yang telah memasuki persekutuan dengan darah dan tubuh Kristus, adalah satu tubuh.

Paulus mengatakan hal ini oleh karena di dalam jemaat Korintus saat itu terjadi polarisasi/pengkotak-kotakan/gap-gap, yang berpotensi menimbulkan perpecahan di dalam jemaat. Kelompok-kelompok tersebut, antara lain kelompok Paulus, Kefas, Apolos, dan Kristus. Mereka mengklaim diri sebagai yang lebih baik dan benar daripada yang lain. Padahal, setiap golongan yang hadir di dalam jemaat Korintus sama-sama telah menerima kasih karunia Allah dalam Kristus. Roti yang diterima adalah satu, yaitu tubuh Kristus yang terpecah-pecah bagi pengampunan dosa jemaat. Sebab itu, mereka adalah satu tubuh, yakni Tubuh Kristus.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan,

Sebagai satu tubuh di dalam Kristus, jemaat Tuhan tentunya harus memiliki pemahaman yang sama bahwa Allah tidak berkenan pada penyembahan berhala. Sebagaimana, Allah tidak berkenan kepada tindakan bangsa Israel yang menyembah berhala, Allah pun tidak menginginkan jemaat bersekutu dengan roh-roh jahat. Jemaat telah menjadi umat kepunyaan Allah, yang dipilih, dikuduskan dan diutus untuk menyatakan kemenangan Allah melalui kebangkitan Kristus (bdk. 1 Petrus 2:9). Jemaat adalah umat yang dikasihi dan dicintai Allah untuk menyatakan kasih dan cinta-Nya kepada dunia. Apabila umatnya mengkhianati cinta dan kasih setia Allah dan melakukan perselingkuhan dengan berhala dan roh-roh jahat, maka ia akan menyatakan murkanya sebab ia adalah Allah yang cemburu dan tidak ingin diduakan. Yesus berkata dalam Matius 6 : 24 “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan akan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak akan mengindahkan yang lain….” Allah tidak ingin diduakan.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan,

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era modernisasi dan globalisasi dewasa ini, bentuk-bentuk penyembahan berhala pun semakin canggih dan menarik. Jika pada zaman dahulu penyembahan berhala dan kepercayaan roh-roh jahat itu erat dengan warna hitam, maka sekarang bukan hanya warna hitam, melainkan merah, kuning, hijau, biru, dan berbagai perpaduan warna lainnya. Semakin menimbulkan daya tarik dan menjanjikan kenikmatan.

Pada awalnya penyembahan berhala muncul dalam hati dan pikiran, lalu kemudian diekspresikan lewat tutur kata dan perilaku hidup. Dalam tatanan kehidupan tradisional penyembahan berhala terjadi dalam bentuk kepercayaan kepada arwah orang mati, perdukunan, jimat, kepercayaan terhadap batu-batu keramat, tempat-tempat keramat. Sementara dalam kehidupan modern terwujud dalam bentuk kepercayaan terhadap ramalan-ramalan bintang, paranormal, dsb.

Selain itu, ada bentuk keberhalaan yang lain, yakni bersifat ideologis. Penyembahan berhala tersebut terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang memandang kekuasaan, kekayaan dan harta sebagai hal yang terpennting dan terutama dalam kehidupan ini. Memiliki kekuasaan, kekayaan dan harta berarti segala kendala dapat teratasi, bebas hambatan, bagaian mengendarai kendaraan di jalan tol. Tuhan dinomorduakan. Bahkan, mungkin tidak dibutuhkan lagi.

Ilmu pengetahuan pun bisa menjadi berhala dalam kehidupan ini. Dahulu manusia bertanya, mengapa hujan turun? Jawabannya karena ada dewa hujan, mengapa terjadi guntur? O…karena ada dewa guntur. Akan tetapi, setelah ilmu pengetahuan mampu memberikan jawaban terhadap semuanya itu, maka posisi yang ilahi tergantikan. (Ini hanyalah salah satu contoh sederhana, yang masih dapat dikembangkan lagi)

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Tuhan akan marka apabila kita menduakan-Nya. Kemarahan Tuhan dapat menimpa pribadi dan masyarakat. Oleh sebab itu, marilah kita memberdayakan seluruh berkat dan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita, baik kekuasaan, kekayaan, maupun pengetahuan sesuai dengan kehendak Allah. Yakni tidak menomorduakan Dia. Dengan demikian, berkat Tuhan akan semakin berlimpah-limpah dalam kehidupan kita. AMIN.